Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau yang melebihi 140mmHg/90mmHg pada seseorang yang tidak sedang menggunakan obat Antihipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7
Etiologi
Ada dua macam hipertensi,
- Hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui. Bisa saja disebabkan oleh faktor genetik, geografi, lingkungan, janin, jenis kelamin, natrium, sistem renin-angiotensin.
- Hipertensi sekunder yang biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, koarktasio aorta, hipertensi pada kehamilan, dll
Secara garis besarnya tekanan arteri, oleh sistem
pengawasan yang terintegrasi dipertahankan agar tetap normal. Dimana, jika
tekanan darah meningkat, oleh sistem pengawasan ini akan segera diturunkan.
Jika sistem tersebut gagal menurunkan karena
pengawasan tahanan pembuluh darah gagal (kesalahan hemodinamik), maka dapat
terjadi hipertensi.
- Penyakit ginjal. Parenkim ginjal misal glomerulonefritis, prosesnya melibatkan sistem RAA dengan hasil akhir adalah meningkatnya volume intravaskuler.
- Renovaskuler misal aterosklerosis. Biasanya disebabkan oleh renal arteri stenosis yang terdiri dari 2 proses yaitu fibromuskuler hyperplasia (pada usia muda) dan aterosklerosis stenosis dari proximal renal arteri.
- Penyakit endokrin.
- Primary hyperaldoteronism, karena sekresi aldosteron yang berlebihan mengakibatkan meningkatnya retensi Na dan menambah volume intravaskuler
- Cushing syndrome, meningkatnya glucocorticoid menyebabkan meningkatnya retensi Na dan air, juga bisa berpengaruh terhadap produksi angiotensinogen.
- Kelainan neurologi à berhubungan dengan kerja saraf simpatis dan parasimpatis. Jika terjadi perangsangan yang berlebih terhadap saraf simpatis akan mengakibatkan bertambahnya kerja jantung dan meningkatkan curah jantung.
- Stress akut ( luka bakar, pasca operasi, hipertensi psikogenik, dll ). Untuk stress psikologis, dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang lebih besar daripada normal sehingga memungkinkan terjadi hipertensi. Hal ini pada satu sisi secara langsung disebabkan oleh efek peningkatan rangsang jantung (denyut jantung meningkat curah jantung meningkat tekanan darah meningkat ) dan di sisi lain secara tidak langsung melalui peningkatan absorpsi ginjal serta retensi Na (volume darah meningkat curah jantung meningkat tekanan darah meningkat). Selain itu, pada keadaan stress kerja saraf simpatis menjadi dominan sehingga berefek vasokonstriksi pembuluh darah, ini mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah sehingga memungkinkan terjadi hipertensi.
- Genetic. Terjadi
mutasi gen dan salah satu contohnya adalah pada Glucocorticoid remediable
Aldosteronism à
terjadi peningkatan aldosteron. Untuk
yang peka terhadap garam, jika banyak mengkonsumsi garam akan dapat menyebabkan
hipertensi, dimana pada garam terdapat natrium (Na). Jika
di dalam pembuluh darah terdapat banyak Na, otomatis H2O (plasma) akan
meningkat karena air selalu mengikuti Na. Karena plasma darah meningkat, maka
volume darah juga meningkat dan curah jantung juga jadi meningkat sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah dan terjadi hipertensi. Sistem otokrin
setempat yang berperan pada sistem RAA ( Renin Angiotensin Aldosteron) juga
berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pada hipertensi
sekunder, misalnya oleh penyempitan arteriol ginjal, ginjal akan melepaskan
renin. Renin akan memecah dekapeptida angiotensin I dari angiotensinogen di
plasma. Lalu selanjutnya oleh ACE ( Angiotensin Converting Enzyme ) akan
dibentuk angiotensin II.
Angiotensin II ini akan mengakibatkan:- Vasokonstriksi perifer ( tahanan perifer meningkat tekanan darah meningkat).
- Pelepasan aldosteron dari korteks adrenal yang akan meningkatkan retensi Na (volume darah meningkat curah jantung meningkat tekanan darah meningkat ).
- Dengan tekanan darah yang meningkat memungkinkan terjadinya hipertensi.
- Merokok
- Obesitas
- Umur
0 komentar:
Posting Komentar