Kamis, 20 Oktober 2016

Filariasis (Kaki Gajah)

Definisi
Kelainan sistem limfatik yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia timori yang disebarkan melalui gigitan nyamuk. Inflamasi dari pembuluh limfe menyebabkan pembesaran pada area yang bersangkutan.

Epidemiologi

Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit. WHO mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020. Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di Seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang.

Etiologi
Infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.
Daur hidup W. Bancrofti
Pertama cacing ini hidup di vektor yang menghisapnya (nyamuk) dalam bentuk mikrovilaria. Lalu berubah menjadi larva stadium 1 yang bentuknya gemuk dan pendek. Kurang dari seminggu, larva stadium 1 berubah menjadi bentuk yang lebih panjang disebut larva stadium 2. Pada hari ke 10 berubah menjadi bentuk yang lebih panjang lagi disebut larva stadium 3 yang sudah bersifat infektif.

Larva stadium 3 masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor dan menempati saluran limfe setempat. Di dalam tubuh manusia, larva ini berubah menjadi stadium 4 dan stadium 5.

Gejala Klinis
Terkadang tidak muncul gejala klinis pada penderita ini, penderita tampak sehat tetapi pada kenyataannya mempunyai kerusakan limfatik yang tersembunyi.
Namun ada beberapa yang menunjukkan gejala klinis, seperti :
  1. Hidrocele (pembengkakan kantong testes berisi cairan)
  2. Elephantiasis
  3. Kaki gajah




Secara umum terdapat keserupaan gejala klinis antara filariasis yang disebabkan oleh W. Bancrofti dengan B. malayi. Namun diantara keduanya terdapat gajala klinis yang khas yang dapat digunakan untuk diferensiasi. Gejala klinis yang khas pada B. malayi adalah terjadinya kaki gajah pada kaki dibawah lutut sedangkan pada W. bancrofti pada kaki atas maupun bawah. Pada B. malayi umumnya jarang ditemukan hidrokel (hydrocoele) dan tidak ditemukan siluria (chyluria) sedangkan pada W. bancrofti kedua gejala klinis tersebut umum ditemukan. Filariasis brugian (filariasis yang disebabkan B. malayi) di Indonesia juga dilaporkan disertai dengan pernanahan (suppurative) pada kelenjar limfe.

Terapi atau penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita kaki gajah ini untuk membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita.

Dietilkarbamasin (DEC) adalah satu satunya obat filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi. Obat ini juga tergolong murah, aman, dan tidak ada resistensi obat.
 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.