Senin, 11 Februari 2019

Osteoporosis

Definisi
Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang dimana terdapat penurunan masa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang.
Sumber : https://www.drfuhrman.com/library/health-concerns/18/osteoporosis-and-osteopenia

Insiden
Kelainan ini 2-4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh penderita, satu diantara 3 wanita yang berumur diatas 60 tahun dan satu diantara enam pria yang berumur di atas 75 tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini.

Etiologi
Osteoporosus merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara genetik dan lingkungan. Faktor yang mempengaruhi adalah:

  1. Umur, lebih sering pada usia tua
  2. Ras kulit putih memiliki resiko yang lebih tinggi
  3. Faktor keturunana
  4. Menopause dini
  5. Kortikosteroid
  6. Jenis Kelamin, lebih sering terjadi pada wanita menopause karena pada saat usia lansia kadar estrogen dalam tubuh berkurang drastis sehingga tidak ada yang mempertahankan keutuhan tulang.
  7. Gaya hidup seperti sering merokok dan banyak minum alkohol.
Jenis Osteoporosis
  1. Osteoporosis primer, terbagi atas dua tipe yaitu 1) tipe yang timbul pada wanita pasca menopause dan 2) terjadi pada orang lanjut usia baik pada pria maupun wanita
  2. Osteoporosis sekunder biasanya disebabkan oleh penyakit tulang erosif (misalnya hipertirodisme, hiperparatiroidisme, mieloma multiple) dan akibat obat-obatan yang toksik.
  3. Osteoporosis idiopatik, osteoporosis yang tidak diketahuo penyebabnya dan biasanya ditemukan pada:
    • Usia anak (juvenil)
    • Usia remaja (adolesen)
    • Wanita pra menopause
    • Pria usia pertengahan
Gambaran Klinis
  1. Nyeri tulang. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang atau punggung yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari. Karena pada saat malam hari, seseorang tersebut tidak melakukan aktivitas yang intens sehingga apabila terdapat nyeri maka akan dirasakan.
  2. deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler yang dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
Diagnosis
Pada dasarnya penderita osteoporosis yang datang ke dokter dibagi dalam dua keadaan, yaitu:
  • Sebelum terjadi patah tulang. Penderita biasanya datang dengan nyeri tulang terutama tulang belakang bungkuk dan sudah melewati masa menopause. Untuk menegakkan diagnosis yang akurat dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu:
    • Pemeriksaan non invasif
      • Pemeriksaan analisis aktifasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang
      • Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
      • Pemeriksaan absorpsiometri
    • Pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan ini bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas mineralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
    • Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kimia darah dan kimia urin biasanya dalam batas normal, sehingga pemeriksaan ini tidak membantu kecuali pada pemeriksaan biomarkers osteocalcin (G1a protein) dan osteonektin untuk melihat proses mineralisasi serta untuk membedakannya dengan nyeri tulang oleh kausa lain.
  • Sesudah terjadi patah tulang. Penderita biasanya datang dengan keluhan tiba tiba punggung terasa nyeri (nyeri punggung akut), nyeri pada pangkal paha atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh. Dengan pemeriksaan radiologis dapat dilihat gambaran patah tulang pada tempat itu.
Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat dilakukan meliputi:
  1. Jaga pola makan
  2. Pemberian kalsium dosis tinggi
  3. Pemberian vitamin D dosis tinggi
  4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung
Pencegahan
Menghindari faktor resiko seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan berhati-hati dalam aktivitas..
Share:

Rabu, 07 Maret 2018

Ruptur Tendon Achilles


Ruptur Tendon Achilles
Definisi
Tendon achilles adalah tendon yang paling kuat dan paling besar dalam tubuh manusia yang panjangnya 15cm yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.
Etiologi
  • Bisa disebabkan seperti arthritis
  • Cedera dalam olahraga, seperti melompat dan berputar pada olahraga badminton, tenis, basket, sepak bola dan rugby.
  • Trauma benda tajam dan tumpul
  •  Obesitas

Tanda dan Gejala
  •  Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan kaki atau betis seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles.
  • Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya kelemahan yang luas pada serat protein kolagen yang mengakibatkan robeknya sebagian serat atau seluruh serat tendon
  • Depresi di tendon
  • Tumit tidak bisa digerakkan turun naik

Predisposisi
Ruptur tendon achilles biasanya terjadi pada pria sehat berusia antara 30 dan 50 tahun yang tidak memiliki cedera atau masalah pada kaki yang terkena sebelumnya. Kebanyakan kerusakan Achilles terjadi di kaki kiri dalam substansi tendoachilles, kira-kira 2-6 cm di atas insersi tendon calcanealis. Mekanisme yang paling umum dari cedera termasuk fleksi plantar tiba-tiba, dorsiflexi tiba-tiba dari kaki, dan dorsofleksi yang terlalu keras dari kaki yang plantar fleksi. Populasi lain yang berisiko untuk ruptur tendo Achilles adalah orang dengan kondisi buruk, orang-orang lanjut usia, pengguna antibiotik fluorokuinolon dan kortikosteroid, dan orang dengan latihan yang berlebih.



Patofisologi
Ruptur tendon achilles biasanya terjadi akibat perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsofleksi maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar kemampuan tendon achilles untuk menerima suatu beban.

Pemeriksaan
Bisa dilakukan beberapa tes :
  •  Thompson tes
  • MRI|
    MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis.
  •  Foto Rontgen: digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada bagian otot tubuh

Penatalaksanaan
Bedah Intervensi
Terdapat kontroversi mengenai apakah terlebih dahulu dilakukan tindakan konservatif atau langsung dengan rekonstruksi pada tendon yang ruptur. Terdapat manfaat dan risiko yang berbeda untuk setiap pendekatan. Pasien dengan terapi nonoperatif memiliki resiko re-rupture sekitar 3 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang diobati dengan operasi, namun pasien memiliki risiko minimal untuk komplikasi lainnya. Tercatat komplikasi akibat perbaikan bedah terbuka termasuk infeksi dalam (1%), fistula (3%), nekrosis kulit atau tendon (2%), rerupture (2%), dan komplikasi kecil lainnya. 


Share:

Mallet Finger/Baseball Finger


Mallet Finger
Definisi
Mallet finger adalah deformitas dari jari yang disebabkan oleh kerusakan pada tendon ekstensor jari. Biasanya disebabkan oleh bola atau benda lain yang mengenai ujung jari atau jempol dengan kekuatan yang besar untuk menekunya, kekuatan dari benda tersebut dapat membuat jari tertekuk dan memutuskan tendonnya, akibatnya ujung jari tidak bisa diluruskan.

Tanda dan Gejala
Mallet finger biasanya ditandai dengan ia tidak bisa meluruskan jarinyanya sendiri. Pada jari biasanya terdapat rasa nyeri, bengkak, dan memar, bahkan terkadang dapat mengenai pembuluh darah yang ditandai dengan adanya darah terkumpul dibawah kuku. Kuku juga bahkan bisa terlepas dari letaknya.


Diagnosis
Bisa dilihat dari gejala klinisnya, yaitu berupa jari yang tertekuk tidak bisa diluruskan kembali. Atau juga bisa dilakukan pemeriksaan X-ray.

Penatalaksanaan
Mayoritas dari mallet finger bisa diobati tanpa operasi. Bisa menggunakan es, dan jari di elevasi. Atau biasanya dengan metode RICE (Rest, Ice/Imobility, Compression, Elevation). Bisa juga dgunakan splint atau gips, dengan tujuannya adalah untuk menjaga ujung jari tetap lurus sampai tendon sembuh. Splint biasanya akan dipakai full-time selama 8 minggu.
Pembedahan bisa dilakukan jika ada fragmen tulang yang terlepas, bisa dilakukan tatalaksana berupa pemasangan pin, kabel, atau sekrup kecil digunakan untuk mengamankan fragmen tulang




Share:

Jumat, 19 Januari 2018

Skabies

Skabies
Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiel var hominis, dan produknya. Ditandai gatal malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat polimorfi tersebar di seluruh badan.
Epidemologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Cara penularan:

  1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual
  2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Patofisiologi
Siklus hidup Sarcoptes Scabei ini setelah berpidah inang akan segera melakukan perkawinan yang terjadi di atas kulit, jantan akan segera mati setelah perkawinan tetapi terkadang dapat hidup di terowongan. Betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2 – 3 milimeter sehari sambil meletakkan terlurnya 2 sampai 50 telur. Betina bisa hidup di terowongan sampai sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam 3 sampai 10 hari dan menjadi larva dan tinggal di dalam terowongan. Sampai menjadi dewasa tetapi berada di dalam terowongan.
Aktivitas di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan respon imunitas dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di serum atau di kulit. Skabies sangat menular dan transmisinya bisa melalu kontak langsung dari kulit ke kulit ataupun tak langsung melalui perantara benda.
Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh parasit sendiri tetapi juga oleh penderita akibat garukan. Gatal yang terjadi akibat sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta skabies yang memerlukan waktu kira kira 1 bula setelah investasi. Awalnya kelainan menyerupai dermatitis dengan ditemukan papul, vesikel, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, krusta, dan  infeksi sekunder.
Gejala Klinis dan Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai berikut:

  1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
  2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga. Sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, di asrama. atau pondokan.
  3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Namun, kunikulus biasanya sukar terlihat. karena sangat gatal pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki). Serta pada bayi dapat menyerang telapak tangan, telapak wajah, kepala.
  4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala).
Varian Skabies

  1. Skabies Norwegia (skabies berkrusta)
    Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, serta skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik dan psikosis.
  2. Skabies nodular
    Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi. sering terjadi pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan imunokompremais.
Diagnosis
Cara menemukan tungau:

  1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya
  2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
  3. Dengan membuat biopsi
Tata Laksana
Jenis obat topikal:

  1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian serta kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
  2. Emulsi benzi -benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal dan panas setelah dipakai.
  3. Gama benzena heksa klorida (gemeksan/gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan ibu hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
  4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai du efek sebagai antiskabies dan antigatal; arus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
  5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim efektivitas sama, aplikasi hanya sekali, dan dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.

Pencegahan

Perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit skabies, perjalanan penyakit, penularan cara eradikasi tungau skabies, menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubungan erat.
Share:

Cytomegalovirus

Cytomegalovirus
Etiologi
Virus CMV termasuk ke dalam golongan herpervirus memiliki materi genetic berupa DNA untai ganda, berukuran paling besar daripada herpesvirus lainnya, bentuk nukleokapsidnya adalah icosahedral, dan memiliki envelop yang diselubungi oleh glikoprotein yang spikes. Virus ini memiliki kecenderungan untuk menyerang sel fibroblast manusia saja.

Epidemiologi
Infeksi virus ini dapat ditemukan di seluruh dunia serta diduga berhubungan dengan kondisi sosioekonomi pasien (tingkat sosioekonomi rendah dan tinggal di negara berkembang memiliki prevalensi kejadian sebesar 90%). Risiko tertular melalui transfusi darah sebesar 1-5% sedangkan  risiko pendonor organ dengan kondisi seropositif CMV dapat menularkan ke resipien yang seronegatif sebesar 60-80%. Infeksi CMV kongenital di Amerika Serikat berkisar 1% dari seluruh bayi lahir dan diduga lebih tinggi di negara-negara berkembang.

Patogenesis
Virus ini disebarkan melalui cairan tubuh orang yang terinfeksi seperti droplet, saliva, darah, air mata, semen, dan air susu ibu. Metode penularannya melalui kontak langsung dengan cairan-cairan tersebut seperti dari bayi melalui air susu ibunya, kontak seksual, transfusi darah, transplantasi organ, dan transplacenta dari ibu ke bayi yang dikandungnya.
Masa inkubasi virus ini sekitar 4-8 minggu, virus yang masuk ke pembuluh darah akan menuju sel fibroblast, bereplikasi dan menetap di dalamnya. Pada orang sehat jarang sekali timbul gejala akibat infeksi tersebut. Infeksi virus ini memicu aktivasi imunitas seluler. Namun pada orang dengan gangguan sistem imun dan bayi/anak maka akan menimbulkan manifestasi klinis yang lebih berat dan membahayakan.

Gejala Klinis
Umumnya pada orang dengan sistem imunitas yang baik, infeksi virus ini tidak menimbulkan gejala yang signifikan sehingga tidak mengetahui bahwa sudah terinfeksi virus tersebut, bila ada gejala maka gejala yang timbul amat ringan seperti:

  • Demam
  • Nyeri tenggorokan
  • Fatigue/letargi
  • Pembengkakan kelenjar
dan dapat menimbulkan sindroma mononukleosis dengan gejala seperti di atas ditambah dengan hepatitis dan hepatosplenomegali.
Namun pada orang imunitas yang rendah (bayi dan neonatus) dan orang dengan immunocompromised dapat menimbulkan gejala-gejala yang cukup signifikan.
Gejala pada bayi dan neonatus meliputi gejala kerusakan pada sistem saraf dan sistem retikuloendotelial seperti retardasi mental, jaundice, hepatosplenomegali, trombositopeni, mikrosefali, ketulian sejak lahir dan retinitis. Bayi yang tertular perinatal dapat mengalami kerusakan tersebut dalam jangka waktu 2 tahun paska infeksi.
Gejala pada orang dengan imunokompromi paling banyak adalah infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia, bronkiolitis, dan pneumonitis. Gastroenteritis dan retinitis yang berkembang menjadi kebutaan juga ditemukan pada infeksi pada pasien HIV yang tidak ditangani

Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis melalui gejala klinis sangat sukar ditegakkan karena rata-rata orang yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala yang khas. Diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan serologis terhadap antibodi yang diproduksi akibat keberadaan antigen virus tersebut, pemeriksaan serologis yang biasa dikerjakan adalah ELISA IgM dan IgG. Selain itu dapat pula dilakukan PCR dan isolasi virus pada sel fibroblast yang terinfeksi. Diagnosis banding dari infeksi CMV ialah infeksi rubell kongenital, infeksi herpesvirus, infeksi toksoplasma, infeksi Epstein-Barr virus, dan infeksi hepatitis A,B, atau C.

Tatalaksana
Pemberian antivirus seperti Gensiklovir diteliti dapat memberikan efek terapi yang cukup signifikan pada pasien HIV yang terinfeksi CMV. Gensiklovir juga dapat mengontrol kerusakan pendengaran pada infeksi CMV perinatal. Vaksin untuk infeksi ini masih dalam tahap penelitian dan perkembangan.

Sumber:

Share:

Varicella

Varicella Zooster Virus
Definisi
Penyakit cacar air adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus Varicella-Zoster. Virus varicella-zoster dapat menyebabkan infeksi primer, laten, dan rekuren. Infeksi primer bermanifestasi sebagai varicella (chickenpox); reaktivasi dari infeksi laten menyebabkan herpes zoster (shingles). Penyakit ini sangat menular dengan karakteristik lesi-lesi vesikel kemerahan.

Etiologi
Chickenpox dan shingles disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV) dari keluarga herpes virus, sangat mirip dengan herpes simplex virus. Virus ini mempunyai amplop, berbentuk ikosahedral, dan memiliki DNA berantai ganda yang mengkode lebih dari 70 macam protein.

Faktor Risiko

  •  Persalinan sebelum masa gestasi 28 minggu
  • Dewasa muda atau dewasa
  •  Terapi steroid dosis tinggi selama 2 minggu
  •  Keganasan terutama pada penderita leukemia
  • Gangguan imunitas
  •  Kehamilan

Patogenesis
Virus masuk melalui saluran nafas atau orofaring (ditularkan secara droplet atau kontak langsung). Lalu terjadi replikasi di daerah faring. Menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ke regional KGB (viremia primer) dan 1 minggu kemudian menyebar lagi via pembuluh darah, timbul demam dan malaise (viremia sekunder), menyebar ke seluruh tubuh terutama kulit-mukosa.
Masa penularan varicella terutama mulai pada 2 hari sebelum timbul lesi kulit dan berakhir bila telah terjadi krusta. Penularan dapat dengan:

  • Kontak langsung
  • Percikan ludah/melalui udara
  • Papul atau vesikel tetapi bukan krusta, mengandung populasi virus cukup tinggi
  • Transplasental
Gejala Klinis

  • Masa Inkubasi : 14-16 hari setelah pemaparan virus
  • Gejala prodormal : Gejala berupa demam, malaise, dan nyeri kepala
  • Lesi kulit : perubahan cepat dari makula menjadi papula yang berubah menjadi vesikel berbentuk seperti tetesan embuh (tear drops) dan akhirnya menjadi krusta, perubahan ini terjadi secara cepat. Vesikel berjalan secara sentrifugal dari badan kemudia ke wajah, ekstremitas, selaput lendir mata, mulut, saluran nafas atas.
  •  Gejala lain : Gatal pada kulit dan pembesaran KGB
  • Gambaran Khas :
    •  Lesi muncul setelah masa prodromal yang singkat dan ringan
    • Lesi berkelompok terutama di bagian sentral
    • Perubahan lesi cepat dari makula, vesukula, pustula sampai krusta
Diagnosis Banding

  • Herpes generalisata
  • Herpes simpleks
Komplikasi

  • Ensefalitis
  • Reye Sindrom
  • Komplikasi ke otak dapat menyebabkan ensefalitis
  • Pneumonitis
  • Sindrom reye
  • Hepatitis
  • Komplikasi lain seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis
Tatalaksana
Acyclovir 800mg 5x sehari atau 4 jam sekali selama seminggu
Sumber



Share:

Influenza

Influenza
Definisi
Influenza merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. Prognosis dari influenza pada umumnya baik, penyakit yang tanpa komplikasi ini berlangsung 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.

Epidemiologi
Jumlah kematian pada saat pandemi dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi daripada angka-angka pada keadaan non-epidemik. Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. Diduga reservoir hewan seperti babi, kuda, dan unggas memegang peran penting sebagai penyebab terjadinya strain virus influenza yang baru, karena terjadinya rekombinasi gen dengan strain-strain virus influenza yang berasal dari manusia. Penyebaran penyakit ini melalui droplet.

Etiologi
Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan RNA. Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemic. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja.
Influenza virus sebagai penyebab influenza pada manusia memiliki kemampuan adaptif untuk mempertahankan diri dari serangan imiunitas host. Kemampuan adaptif ini terbagi menjadi dua yaitu Antigenic shift dan Antigenic drift.
Antigenic drift adalah kemampuan virus untuk merubah protein-protein yang melekat pada outer surface dengan tujuan agar sistem imun host tidak mengenali virus tersebut. Dalam antigenic drift, antigen virus dapat berubah namun materi genetik virus tetap sehingga perubahan/dampak yang timbul pada host pun tidak terlalu parah. Karena tujuan dari antigenic drift hanyalah untuk mengelabui/menghindari sistem imun tubuh maka hal ini dapat terjadi setiap waktu dan bertahap. Antigenic drift juga menjadi alasan mengapa seseorang yang memiliki riwayat terkena flu dapat terkena flu kembali apabila sistem imun turun.
Antigenic shift adalah kemampuan adaptif virus untuk merubah materi genetik dengan mengkombinasikan/menggabungkan dua materi genetik dari dua virus yang berbeda untuk selanjutnya membentuk materi genetik baru dalam bentuk virus yang baru pula. Antigenic shift terjadi pada saat tertentu, khususnya saat terjadi outbreak dari dua virus secara bersamaan. Antigenic shift menjadi alasan mengapa terdapat virus-virus baru yang bermunculan seiring perkembangan jaman.

Patogenesis
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya di traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius 10 virus/droplet, 50% orang-orang yang terserang dosis ini akna menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk ke dalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel yang lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopolisakarida kuman Gram negatif.

Manifestasi Klinis
Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pilek, dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin. Pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakterisrik kecuali hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok.

Diagnosis

  • Usap tenggorok atau usap hidung dan harus diperoleh sedini mungkin, biasanya pada hari-hari pertama sakit.
  • Uji fiksasi komplemen atau inhibisi hemaglutinasi.
  • Pemeriksaan antibody fluoresen yang khusus tersedia untuk tipe virus influenza A.

Tata Laksana
Pasien dapat diobati secara simtomatik. Obat oseltamivir 2x75 mg sehari selama 5 hari akan memperpendek masa sakit dan mengurangi keperluan antimikroba untuk infeksi sekunder. Zanamivir dapat diberikan secara local secara inhalasi, makin cepat obat diberikan makin baik.

Sumber:

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.