Sabtu, 28 Oktober 2017

Epilepsi

Epilepsi
Definisi Epilepsi :
Disebut sebagai epilepsy apabila terdapat bangkitan berulang pada seseorang dengan frekuensi lebih dari 2 kali dengan jarak antar bangkitan lebih dari 24 jam. Hal ini disebabkan oleh keluaran impuls/muatan listrik berlebih dalam sistem saraf pusat yang didahului oleh penyakit lain. Oleh karena itu, Epilepsi lebih pada gejala bukan suatu penyakit.




Ciri-ciri :
Dapat dikatakan epilepsy apabila :
  • Bangkitan yang terjadi bukan karena gangguan neurologik akut melainkan gangguan/penyakit yang bersifat kronis.
  • Bangkitan yang terjadi dapat disertai dengan/atau tanpa hilangnya kesadaran.
  • Berlangsung secara mendadak atau sementara.
  • Merupakan manifest dari suatu penyakit/gangguan tertentu.


 Etiologi :
  • Idiopatik. Kemungkinan pada genetik
  • Kriptogenik. Diperentarai oleh faktor penyebab yang belum bisa ditentukan
  • Simptomatik. Kelainan pada otak. Kelainan congenital


 Jenis-jenis Epilepsi berdasarkan ILAE 1981:
  • Epilepsi Mioklonik. Adalah suatu epilepsy yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
    • Kesadaran pasien tetap.
    • Bersifat fokal. Seperti ketika kita memegang bullpen dan tiba-tiba tangan kita tersentak dengan sendirinya/kejang dan bullpen tersebut terlempar.
    • Berlangsung cepat.
    • Bersifat single/multiple
  • Epilepsi Absence/Lena/petit mal. Adalah suatu epilepsy yang memiliki ciri-ciri sebgai berikut :
    • Absence. Keadaan bingung dalam sekejap (bengong), tidak melakukan aktivitas apapun dalam sekejap. Hal ini terjadi karena lonjakan impuls yang terlalu tinggi pada sistem saraf pusat.
    • Terdapat gangguan kesadaran. Gangguan kesadaran terjadi secara cepat dan sekejap.
    • Setelah absence penderita kembali melakukan aktivitas seperti biasa tanpa perasaan bingung.
    • Disertai dengan gelombang EEG spikewave
  • Epilepsi Atonik.
    • Kehilangan kontraksi secara menyeluruh pada otot postural. Hal ini diakibatkan karena munculnya impuls/aktivitas listrik yang berlebih pada bagian otak yang menghambat gerakan/konstraksi otot.
    • Tidak disertai kehilangan kesadaran. Dalam keadaan terserang, si penderita tetap sadar bahwa dirinya mengalami lemas seluruh badan secara mendadak dan tau bahwa dia tidak cukup kuat untuk berdiri.
    • Dapat terjadi drophead, yang memungkinkan orang tersebut untuk mengalami cidera berat di kepala kemudian meninggal. Dalam keadaan terserang tersebut, penderita tidak dapat mempertahankan postur sehingga jatuh dan berakibat pada cedera termasuk cidera kepala.
  • Kejang Tonik. Adalah kejang yang disertai dengan ciri-ciri :
    • Terjadi kekakuan anggota tubuh/anggota gerak. Saat terjadi serangan, pasien mengalami kekakuan yang menyeluruh pada otot, termasuk otot pernafasan.
    • Timbulnya kebingungan setelah serangan. Penderita mengalami kebingungan setelah mengalami kejang
    • Mata melirik keatas atau menghadap pada satu sisi.
    • Berlangsung sekitar 30 detik.
  • Kejang klonik. Adalah kejang yang disertai dengan :
    • Terdapat gerakan ritmis. Muncul gerakan yang berulang-ulang dan memiliki pola.
    • Terdapat fase istirahat – gerak. Diantara gerakan terus-menerus didapatkan fase istirahat yang berpola/teratur. Hal ini berkaitan dengan jumlah aktivitas listrik yang menaik kemudian menurun begitu seterusnya hingga menimbulkan pola.
  • Kejang Tonik-Klonik/ Grand mal. Adalah kejang yang disertai dengan fase kaku diikuti fase gerakan berulang (klonik) dan kedua fase tersebut memiliki pola. Dicirikan sebagai berikut :
    • Diawali dengan fase tonik. Penderita mengalami kondisi kaku selama 30 detik
    • Dilanjutkan dengan fase klonik. Setelah mengalami kekakuan, penderita mengalami kejang klojotan (gerakan terus-menerus) selama 30-60 detik, dapat disertai dengan mengompol dan mulut berbusa.
    • Setelah dua fase ini selesai pasien mengalami gangguan kesadaran, bingung, dan akhirnya tertidur.
    • Gelombang EEG menunjukkan adanya multiplewave.
Patofisiologi Epilepsi
Serangan epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di dalam otak lebih dominan daripada proses inhibisi. Perubahan-perubahan di dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraseluler, voltage-gated ion channel opening, danmenguatnya sinkronisasi neuron sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan perambatan aktivitas serangan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion di dalam ruang ekstraseluler dan intraseluler, dan oleh gerakan keluar-masuk ion-ion menerobos membran neuron.
Lima buah elemen fisiologi sel dari neuron–neuron tertentu pada korteks serebri penting dalam mendatangkan kecurigaan terhadap adanya epilepsi:
  • Kemampuan neuron kortikal untuk bekerja pada frekuensi tinggi dalam merespon depolarisasi diperpanjang akan menyebabkan eksitasi sinaps dan inaktivasi konduksi Ca2+ secara perlahan.
  • Adanya koneksi eksitatorik rekuren (recurrent excitatory connection), yang memungkinkan adanya umpan balik positif yang membangkitkan dan menyebarkan aktivitas kejang.
  • Kepadatan komponen dan keutuhan dari pandangan umum terhadap sel-sel piramidal pada daerah tertentu di korteks, termasuk pada hippocampus, yang bias dikatakan sebagai tempat paling rawan untuk terkena aktivitas kejang. Hal ini menghasilkan daerah-daerah potensial luas, yang kemudian memicu aktifitas penyebaran nonsinaptik dan aktifitas elektrik.
  • Bentuk siap dari frekuensi terjadinya potensiasi (termasuk juga merekrut respon NMDA) menjadi ciri khas dari jaras sinaptik di korteks.
  • Efek berlawanan yang jelas (contohnya depresi) dari sinaps inhibitor rekuren dihasilkan dari frekuensi tinggi peristiwa aktifasi.


Serangan epilepsi akan muncul apabila sekelompok kecil neuron abnormal mengalami depolarisasi yang berkepanjangan berkenaan dengan cetusan potensial aksi secara tepat dan berulang-ulang. Secara klinis serangan epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar neuron abnormal muncul secara bersamasama, membentuk suatu badai aktivitas listrik di dalam otak. Badai listrik tadi menimbulkan bermacam-macam serangan epilepsi yang berbeda
(lebih dari 20 macam), bergantung pada daerah dan fungsi otak yang terkena dan terlibat. Dengan demikian dapat dimengerti apabila epilepsi tampil dengan manifestasi yang sangat bervariasi.

Pemeriksaan Penunjang
   Rekaman electro-encephalogram (EEG) pada saat terjadinya epilepsy memberikan informasi yang cukup untuk menegakkan serangan epilepsy pada pasien termasuk menentukan jenis epilepsy tersebut. Dari EEG, kita dapat melihat arus/aktivitas listrik otak yang digambarkan sebagai gelombang dalam EEG. Apabila terdapat gelombang EEG yang abnormal pada kejang post traumatis seperti cidera kepala. Diagnosis untuk epilepsy diragukan, karena epilepsy sendiri terjadi karena proses kronik bukan oleh karena defisit neurologik akut. Gambaran yang dapat dinilai dari EEG :
  • Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer otak.
  • Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat disbanding seharusnya misal gelombang delta.
  • Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya gelombang tajam, paku (spike), paku-ombak, paku majemuk, dan gelombang lambat yang timbul secara paroksimal. Bentuk epilepsi tertentu mempunyai gambaran EEG yang khas, misalnya spasme infantile mempunyai gambaran EEG hipsaritmia, epilepsi petit mal gambaran EEG nya gelombang paku ombak 3 siklus per detik (3 spd), epilepsi mioklonik mempunyai gambaran EEG gelombang paku / tajam / lambat dan paku majemuk yang timbul secara serentak (sinkron).

Penatalaksanaan Epilepsi
Panduan terapi farmakoterapi  :
  • Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut.
  • Terapi dimulai dengan monoterapi
  • Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan secara bertahap samapai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
  • Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan, maka ditambahkan OAE kedua dimana bila sudah mencapai dosis terapi, maka OAE pertama dosisnya diturunkan secara perlahan.
  • Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan setelah terbukti bangkitan tidak terkontorl dengan pemberian OAE pertama dan kedua.


Pilihan obaat yang dapat digunakan :
  • Karbamazepin: Blok sodium channel konduktan pada neuron, bekerja juga pada reseptor NMDA, monoamine dan asetilkolin.
  • Fenitoin:  Blok sodium channel dan inhibisi aksi konduktan kalsium dan klorida dan neurotransmitter yang voltage dependen
  • Fenobarbital: Meningkatkan aktivitas reseptor GABAA , menurunkan eksitabilitas glutamate, emnurunkan konduktan natrium, kalium dan kalsium.
  • Valporat: Diduga aktivitas GABA glutaminergik, menurunkan ambang konduktan kalsium (T) dan kalium.
  • Levetiracetam: Tidak diketahui
  • Gabapetin:  Modulasi kalsium channel tipe N
  •  Lamotrigin: Blok konduktan natrium yang voltage dependent
  • Okskarbazepin:  Blok sodium channel, meningkatkan konduktan kalium, modulasi aktivitas chanel.
  • Topiramat:  Blok sodium channel, meningkatkan influks GABA-Mediated chloride, modulasi efek reseptor GABA.
Share:

Gangguan Makan

Gangguan Makan
    Eating disorders atau gangguan makan adalah istilah yang mengacu pada sekumpulan penyakit psikologis, yang biasanya ditandai dengan kebiasaan makan yang tidak normal. Gangguan makan melibatkan jumlah tidak normal pada makanan yang dikonsumsi (terlalu sedikit atau terlalu banyak), atau sikap tidak normal terhadap kegiatan makan atau makanan.
  • Anorexia nervosa: Gangguan makan ini ditandai dengan keinginan pasien untuk terlihat menjaga berat (sering kali tidak sehat) sehingga terlihat lebih menarik. Namun, persepsi pasien tentang berat badan sangat tidak realistis, ketakutan bertambahannya berat badan merupakan batasan dari obsesi ini, atau tidak menyadari implikasi hilangnya berat badan secara berlebih pada tubuhnya. Anorexia nervosa dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti amenore (terhentinya siklus menstruasi), tulang keropos, kehilangan integritas kulit, penyakit jantung, dan bahkan kematian.
  • Bullimia Nervosa: Gangguan makan ini melibatkan dua elemen: pesta makan (makan berlebih, yang dilakukan dalam satu waktu) yang diikuti dengan pembersihan, di mana pasien melihatkan sebagai bentuk ‘kompensasi’ dari makan berlebih. Pasien akan melakukan olahraga secara berlebihan, mencoba membuat dirinya muntah, menggunakan obat pencahar dan diuretik untuk mengosongkan usus
  • Gangguan makan berlebih atau Binge Eating Disorder (BED), adalah gangguan makan yang melibatkan makan berlebih yang muncul kembali, paling tidak seminggu sekali selama lebih dari tiga bulan. Pada masa ini, pasien akan merasa tidak berdaya, tidak dapat mengendalikan diri, dan merasa sangat bersalah. Penelitian menunjukkan BED dapat muncul pada individu yang beragam baik dari segi kelas sosial ekonomi dan rentang usia.
  • Other Specified Feeding, dikenali sebagai OSFED, istilah ini mengacu pada gangguan yang tidak memenuhi rangkaian kriteria yang ditetapkan DSM-5 pada gangguan makan di atas. Seseorang yang menderita OSFED umumnya menunjukkan perilaku dan pikiran yang terkait dengan anoreksia nervosa, gangguan pesta makan atau bulimia nervosa dengan beberapa sifat menyimpang atau berbeda. gangguan makan pada malam hari dan gangguan pembersihan termasuk ke dalam jenis OSFED.

Share:

Gangguan Kebiasaan

Gangguan kebiasaan
Gangguan yang terjadi berulang dan tidak mempunyai motivasi yang tidak jelas
Judi patologis
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berjudi secara berulang yang menetap, yang berlanjut dan seringkali meningkat meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan seperti menjadi miskin, hubungan dalam keluarga terganggu, dan kekacauan kehidupan pribadi. Judi patologis harus dibedakan dari :
  • Judi dan taruhan untuk kesenangan atau sebagai upaya mendapatkan uang; orang ini dapat menahan diri apabila kalah banyak atau ada efek lain yang merugikan
  • Judi berlebihan oleh penderita gangguan manik

Bakar patologis (piromania)
Gambaran yang essensial gangguan ini adalah
  • Berulang-ulang melakukan pembakaran tanpa motif yang jelas, misalnya motif untuk mendapatkan uang, balas dendam, atau alasan politis
  • Sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran
  • Perasaan tegang meningkat sebelum melakukan dan sangat terangsang segera setelah berhasil dilakukan

Kleptomania
Gambaran esensial gangguan ini adalah :
  • Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama dan segera sesudahnya, melakukan tindakan pencurian
  • Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan, tetapi tidak setiap kesempatan yang ada digunakan
  • Pencurian biasanya dilakukan sendiri
  • Individu mungkin tampak cemas, murung, dan rasa bersalah pada waktu di antara episode pencurian tetapi hal ini tidak mencegahnya mengulangi perbuatan tersebut

Trikotilomania
Gambaran essensial gangguan ini adalah :
  • Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas disebabkan oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut
  • Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat dan setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas.
Share:

Gangguan Kepribadian Khas

Gangguan Kepribadian Khas
Gangguan kepribadian adalah suatu gangguan berat dalam perilaku dan karakter seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang dan hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan social. Gangguan ini muncul pada masa anak sampai dewasa.
-          Gangguan kepribadian paranoid
Gangguan yang ditandai dengan kecenderungan menaruh rasa curiga dan tidak percaya bahwa orang lain akan berbuat jahat kepadanya.
Diagnosis menurut PPDGJ III :
  • Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan atau penolakan
  • Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
  • Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang bersifat netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan
  • Kecurigaan berulang tanpa dasar tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
  • Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (Self referential attitude)


 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 gejala dari diatas

-          Gangguan kepribadian schizoid
Gangguan ini menghindari interaksi social dengan ekspresi emosi yang terbatas. Diagnosis menurut PPDGJ III :
  • Sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan
  • Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli
  • Kurang mampu untuk meng-ekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain
  • Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
  • Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
  • Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
  • Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
  • Tidak mempunyai teman dekata atau hubungan pribadi yang akrab dan tidak ada keinginan untuk menjalin hal itu
  • Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan yang berlaku


 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

-          Gangguan emosional tidak stabil
Bertindak tanpa berpikir konsekuensi. Pasien juga akan tidak dapat mengendalikan diri dan biasanya dipenuhi kekerasan. Cenderung mudah marah jika dikritik. Misalnya saja habis dimarahin oleh orang lain, setelah itu menyilet tangannya, tapi yang disilet tidak dalam. Berbeda dengan depresi berat tanpa psikotik, kalau depresi memang benar-benar mau bunuh diri.

-          Gangguan kepribadian dissosial
Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai dengan :
  • Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
  • Sikap yang amat tidak bertanggungjawab dan berlangsung terus menerus serta tidak peduli terhadap norma, peraturan, dan kewajiban sosial
  • Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
  • Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan
  • Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman
  • Sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat



-          Gangguan kepribadian histrionic
Pasien memiliki tingkat emosionalitas berlebihan/suka dibuat buat dan berusaha menarik perhatian orang lain.
  • Ekspresi emosi yang dibuat-buat seperti bersandiwara yang dibesar-besarkan
  • Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain ataupun keadaan
  • Keadaan afektif yang dangkal dan labil
  • Terus menerus mencari kegairahan penghargaan dari orang lain dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
  • Penampilan atau perilaku “merangsang “ yang tidak memadai
  • Terlalu peduli dengan daya tarik fisik



-          Gangguan kepribadian anankastik
  •      Perasaan ragu ragu dan hati hati yang berlebihan
  •      Preokupasi dengan hal hal rinci, peraturan, daftar, urutan, organisasi atau jadwal
  •      Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas
  •    Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati dan keterikatan yang tidak semestinya pda produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal
  •       Keterpakuan dan kerikatan yang berlebihan pada kebiasaan seksual
  •       Kaku dan keras kepala
  •    Pemaksaan yang tak berasalan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu,atau keenganan yang tak berasalan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu
  •       Mencampur adukan pikran atau dorongan yang memaksa dan yang enggan



-          Gangguan kepribadian cemas
  •       Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif
  •       Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
  •       Preokupasi yang berlebihan terhdap kritik dan penolakan dalam situasi sosial
  •       Keenganan untuk terlihat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai
  •       Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
  •     Menghindari aktvitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak



-          Gangguan kepribadian dependen
  •      Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan penting untuk dirinya
  •      Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhdap keinginan mereka
  •    Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung
  •     Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendiria, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentangketidak mampuan mengurus diri sendiri
  •    Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri
  •     Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain



-          Gangguan kepribadian khas lainnya



-          Gangguan kepribadian YTT
Share:

Jumat, 16 Juni 2017

Fisiologi Laktasi/Menyusui

Payudara mulai dipersiapkan laktasi/menyusui sejak usia kehamilan 16 minggu. Ada 5 tahapan dalam laktasi, yaitu :

  1. Embriogenesis
  2. Mammogenesis
  3. Lactogenesis
  4. Laktasi
  5. Involusi


Tahap Laktogenesis
Tahap laktogenesis adalah tahapan inisiasi sekresi ASI.
  1. Laktogenesis tahap 1
    Tahap pertama terjadi selama kehamilan. Tahapan ini terdapat progesteron, prolactin dan hPL dipersiapkan untuk menghasilkan ASI. Tetapi karena kadar progesteron yang tinggi sehingga menyebabkan tidak ada sekresi ASI.
  2. Laktogenesis tahap 2
    Tahap kedua terjadi setelah melahirkan atau postpartum. Pada tahapan ini progesteron menurun drastis sehingga dapat terjadi sekresi ASI.
Let-Down (Ejection) Reflex
Ini adalah kunci keberhasilan dalam laktasi. Let-Down Refelx merupakan fungsi kompleks antara hormon, syaraf, dan respon kelenjar. Refleks ini mudah dihambat oleh stres.


  1. Hisapan bayi terhadap puting
  2. Memicu rangsangan ke otak
  3. Hipofisis posterior akan melepaskan oksitosin
    Pelepasan oksitosin ini memicu kontrakksi mioepitel dan memompa ASI keluar dari saluran kelenjar ASI. Oksitosin juga memicu involusi pada uterus, yaitu mengecilnya ukuran uterus setelah melahirkan
  4. Hisapan bayi juga memicu hipofisis anterior melepaskan Prolaktin yang memiliki efek ke kelenjar ASI ibu sehingga terjadi pengeluaran ASI.
Manfaat Laktasi
  1. Mudah
  2. Murah
  3. Higienis
  4. Komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayii
  5. Mengandung IgA
  6. Membangun kedekatan psikologis antara ibu dan anak
Laktasi Yang Dianjurkan
  1. Jika bayi dibawah 6 bulan, berikanlah ASI 100% untuk bayi.
  2. Jika bayi sekitar 6-12 bulan, berikanlah ASI 60-70% dan sisanya berikan makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi
  3. Jika bayi usianya diatas 12 bulan, berikan ASI 30% kebutuhan dan makanan padat sudah menjadi makanan utama.

    Pemberian ASI dianjurkan sampai usia 2 tahun

Share:

Fisiologi Menstruasi

Definisi
Menstruasi adalah hasil kerjasama yang sangat rapi dan baku dari poros H-H-O-U (Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium). Menstruasi merupakan suatu siklus yang berarti berputar terus.



Fase Dalam Menstruasi

  1. Fase Proliferatif/Proliferasi
    Di dalam fase ini terjadi proses yang dinamakan teori dua sel, yaitu terikatnya LH dan sel Theca Interna dan FSH dengan dengan sel Granulosa yang nantinya teori dua sel ini akan menghasilkan estrogen.

    Estrogen yang dihasilkan ini banyak dan menyebabkan "Estrogen Meningkat"  pada fase proliferasi ini. Dengan meningkatnya estrogen, menyebabkan feedback negatif ke FSH dan FSH menjadi turun (teori Threshold-Window). Estrogen terus meningkat hingga lebih dari 200 pg/ml selama 50 jam, hal ini menyebabkan terjadi lonjakan LH sekitar 36-48 jam setelah lonjakan LH terjadilah ovulasi.
  2. Fase Sekresi
    Fase sekresi terjadi setelah ovulasi. Setelah ovulasi, corpus luteum akan menghasilkan Progesteron (khususnya oleh sel granulosa). Dominasi Progesteron ini terjadi pada fase sekresi.
  3. Fase Menstruasi
    Fase menstruasi terjadi jika folikel yang tadi berkembang tidak dibuahi oleh sperma. Jika tidak terjadi pembuahan maka corpus luteum akan menjadi mati/atresia dan berhenti menghasilkan progesteron dan estrogen. Dengan menurunnya estrogen dan progesteron maka tidak ada yang mempertahankan endometrium. Endometrium akhirnya akan luruh. Dan terjadi feedback positif FSH dan LH lagi.
Share:

Rabu, 01 Februari 2017

Sinaps

Sinaps adalah hubungan antara satu terminal akson suatu neuron prasinpas dan dendrit  atau badan sel neuron pascasinaps. 

Proses terjadinya potensial aksi :
  1. Pada saat potensial aksi sudah mencapai ujung akson, maka potensial aksi akan menuju ke synaptic knob/terminal knob.
  2. Hal ini akan memicu pelepasan Ca berpintu voltase menuju ke synaptic knob juga.
  3. Ca akan memicu vesikel-vesikel untuk mengeluarkan neurotransmiter agar potensial aksi dapat diteruskan ke sel saraf lain atau ke sel otot untuk menghasilkan kontraksi.

Setelah ini potensial aksi bisa diteruskan ke sel neuron lainnya tetapi harus diubah ke dalam bentuk listrik lagi, karena sebelumnya sudah diubah ke kimiawi oleh neurotransmiter. Perubahan ini menyebabkan "delay" atau penundaan selama 0,5 mDet

Ada 2 macam sinaps.
  1. Sinaps Eksitatorik, di sinaps ini respons terhadap pengikatan suatu neurotransmiter ke reseptornya adalah terbukanya saluran kation spesifik di membran subsinaps yang memungkinkan lewatnya Na dan K melalui saluran tersebut. Pada sinaps in terjadi perpindahan seikit ion K keluar neuron pascasinaps, sementara ion Na dalam jumlah relatif besar secara bersamaan masuk ke neuron ini. Hasilnya adalah perpindahan netto ion positif ke dalam sel. Hal ini menyebabkan bagian dalam membran sedikit kurang negatif daripada saat potensial istirahat sehingga menimbulkan depolarisasi kecil neuron pascasinaps.
  2. Sinaps  Inhibitorik, di sinaps ini pengikatan neurotransmiter yang berbeeda dengan reseptornya meningkatkan permeabilitas membran subsinaps terhadap K atau Cl. Pada keadaan tersebut kasus, perpindahan ion yang terjadi biasanya menyebabkan hiperpolarisasi kecil neuron pascasinaps yaitu negativitas bagian dalam yang lebih besar.

Share:

Potensial Aksi pada Sel Saraf

Potensial aksi adalah kelanjutan dari potensial berjenjang. Potensial sial berjenjang yang tenaga nya kuat akan menghasilkan potensial aksi yang bisa menyebabkan kontraksi otot atau penyaluran informasi ke sel saraf lainnya.

Tidak seperti potensial berjenjang, potensial aksi terus menyalurkannya tanpa kehilangan ambang atau kekuatannya. Potensial aksi dimulai dari axon hillock karena memiliki nilai ambang yang terendah. Potensial aksi terjadi apabila ada pembukaan saluran berpintu Na secara voltase yang lebih dari 1 akan menyebabkan keadaan dalam sel menjadi lebih positif/depolarisasi, pada saat depolarisasi mencapai potensial ambang (-50mV) akan terjadi depolarisasi secara eksplosif hingga mencapai +30mV. Lalu secara cepat terjadi penurunan drastis sehingga terjadi hiperpolarisasi (keadaan lebih negatif daripada polarisasi, bisa mencapai -80mV) untuk beberapa saat dan akan kembali normal ke potensial istirahat.


Potensial aksi ini berjalan dari axon hillock hingga menuju ke ujung axon melalui 2 cara, 1) merambat sepanjang akson. 2) berloncatan sepanjang akson.
Potensial aksi juga memiliki periode refrakter, yaitu sel yang sudah dilewati oleh potensial aksi tidak akan dilewati kedua kalinya. Contohnya kita analogikan pada saat menonton pertandingan sepak bola di stadion. Penonton akan mulai berdiri (fase potensial aksi naik) lalu duduk kembali (fase turun potensial aksi) dan akan menyalur ke penonton kesampingnya hingga memutari stadion. Tetapi saat sudah sampai ke penonton yang pertama berdiri, dia tidak akan berdiri lagi.

Share:

Potensial Berjenjang pada Sel Saraf

Potensial berjenjang adalah awal mula dari potensial aksi. Dengan adanya potensial berjenjang dan potensial aksi ini, maka otot akan bergerak atau berkontraksi.

Potensial berjenjang dimulai karena adanya aktivitas listrik pada sel saraf yang diakibatkan oleh adanya perbedaan ion dari awal mulanya negatif menjadi lebih positif. Perubahan ion ion ini disebabkan oleh adanya permeabilitas membran yang berubah dikarenakan adanya saluran yang terbuka. Saluran ini ada 2 macam, 1) saluran bocor, yang terbuka setiap saat. 2) saluran berpintu, yang terbuka karena aktivitas tertentu (termal/panas, mekanis, voltase, kimiawi).

Saluran berpintu yang terbuka menyebabkan adanya ion ion masuk, terutama ion Na secara saluran berpintu voltase. Masuknya ion Na ini menyebabkan keadaan di dalam menjadi lebih positif atau depolarisasi, tetapi daerah sekitarnya tetap negatif atau polarisasi. Nantinya keadaan yang lebih positis ini meng-aktifkan daerah sekitarnya agar menjadi lebih positif juga (polarisasi). SInyal listrik yang menyalur lama kelamaan akan kehilangan daya dan akan berkurang terus hingga menjadi normal lagi, hal ini dikarenakan oleh saluran berpintu Na hanya ada 1 sehingga tidak cukup memberikan tenaga untuk berubah menjadi potensial aksi. Ini menyebabkan gerakan "kedutan" (bukan kedutan secara patologi) atau gerakan yang halus.

Share:
Diberdayakan oleh Blogger.