Epistaksis atau yang biasa disebut dengan mimisan adalah suata keadaan dimana pembuluh darah pada hidung robek sehingga menimbulkan pendarahan.
Etiologi
Epistaksis dapat disebabkan oleh :
- Lokal
- Trauma, misalnya dengan mengorek hidung yang terlalu keras, bersin yang kuat, terjatuh, terpukul
- Infeksi pada hidung dan sinus paranasalis, seperti rinitis dan sinusitis.
- Lingkungan, misalnya perubahan suhu.
- Gangguan sistemik
- Penyakit Kardiovaskular
- Hipertensi
- Arteriosklerosis
Fisiologi Epistaksis
Epistaksis dibagi menjadi dua, yaitu :
- Epistaksis anterior, yaitu epistaksis yang terjadi di bagian depan hidung. Epistaksis anterior sering terjadi terutama pada anak anak dan biasanya epistaksis ini dapat berhenti sendiri tanpa diberi obat. Epistaksis ini bersumber dari pleksus Kiesselbach, yaitu kumpulan dari beberapa pembuluh darah di hidung bagian depan. Epistaksis anterior juga dapat disebabkan oleh pendarahan di concha nasalis inferior karena mukosa pada concha tersebut tipis, jadi apabila terkena gesekan atau terbentur maka akan mengalami pendarahan.
- Epistaksis posterior, yaitu epistaksis yang terjadi di bagian belakang hidung. Epistaksis ini berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan pada epistaksis ini sangat hebat dan jarang berhenti sendiri. Penderita epistaksis ini biasanya pada orang tua dan pasien yang terkena hipertensi, arteriosklerosis, dan gangguan sistemik lainnya.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu menghentikan pendarahan, mencegah komplikasi, dan mencegah berulangnya epistaksis.
- Epistaksis Anterior, pada epistaksis ini biasanya pendarahan dapat berhenti sendiri tanpa diberi obat. namun dapat juga dengan pemasangan tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1:10.000 (untuk menghentikan pendarahan) dan lidokain atau pantokain 2% (untuk mengurangi rasa sakit). Kapas ini dimasukkan ke dalam rongga hidung selama 3-5 menit.
- Epistaksis Posterior, pada epistaksis ini biasanya pendarahan susah berhenti sendiri, maka dari itu menggunakan tampon posterior. Tampon ini menimbulkan rasa nyeri maka diperlukan anestesi umum. Prinsipnya sendiri, tampon ini dapat menutup bagian koana. Mula-mula masukkan kateter karet melalui hidung ke dalam nasofaring kemudian ujungnya dipegang dengan cunam dan dikeluarkan dari mulut agar dapat diikat ke kasa. Kemudian kateter ditarik dari hidung, sehingga kasa tadi menutupi tepat pada bagian koana. Benang yang keluar dari lubang hidung kemudian di ikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan lubang hidung supaya tampon tidak bergerak.
0 komentar:
Posting Komentar