Minggu, 11 September 2016

Fraktur Costae

Fraktur costae adalah kelainan yang terjadi akibat trauma thoraks yang menyebabkan costae atau tulang iga mengalami fraktur/patah.


Klasifikasi Fraktur Costae

Menurut jumlah costae yang mengalami fraktur :
  • Fraktur Simple, fraktur yang hanya terjadi pada 1 costae saja.
  • Fraktur Multiple, fraktur yang garis patahnya lebih dari satu dan terjadi di beberapa costae.
Menurut letak fraktur :
  • Superior, fraktur yang terjadi pada costae 1 sampai costae 3
  • Median, fraktur yang terjadi pada costae 4 sampai costae 9
  • Inferior, fraktur yang terjadi pada costae 10 sampai costae 12
Etiologi
Secara garis besar, fraktur costae disebabkan oleh :
  • Trauma Tumpul, penyebab fraktur costae dari trauma tumpul biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau akibat perkelahian.
  • Trauma Tajam, penyebab fraktur costae dari trauma tajam biasanya disebabkan oleh adanya luka tembak atau luka tusuk.
  • Non Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur costae akibat gerakan putaran rongga dada yang berlebihan.
Gejala Klinis
  • Nyeri tekan
  • Gerak Paradoksal 
  • Sianosis terjadi akibat takut untuk bernafs karena nyeri dada
  • Takipneu/nafas cepat
  • Gejala - gejala dalam syok
Diagnosis
Pasien yang mengalami Fraktur costae biasanya akan mengeluhkan nyeri dada dan bertambah nyeri pada saat batuk atau bernafas, sesak nafas, krepitasi pada dada, sianosis dan takipneu.

Gerak Paradoksal
Gerak paradoksal terjadi akibat adanya fraktur costae yang multiple, yaitu adanya garis patahan lebih dari satu dan terjadi di beberapa costae (kurang lebih 3 costae) dan mengakibatkan adanya Flail Chest (Mengambang). Costae yang biasanya menempel atau terhubung dengan costae lainnya oleh dikarenakan fraktur costae multiple maka coste tidak lagi terhubung dengan rongga dada. Akibat tidak lagi terhubung dengan rongga dada, maka saat bernafas seharusnya rongga dada mengembang maka daerah yang terkena flail chest tersebut tidak bergerak dan mempertahankan posisinya sehingga seperti bergerak ke dalam. Sedangkan saat Ekspirasi, rongga dada seharusnya mengempis tetapi daerah yang terkena flail chest tetap mempertahankan posisinya sehingga terlihat seperti menonjol keluar.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur costae bisa diberikan obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Dan juga dapat dilakukan proses ABC (Airway, Breathing, Circulation).

Komplikasi
  • Atelektasis
  • Pneumonia
  • Hematotoraks
  • Pneumotoraks
  • Flail Chest
Share:

Selasa, 06 September 2016

Epistaksis (Hidung Berdarah)

Definisi
Epistaksis atau yang biasa disebut dengan mimisan adalah suata keadaan dimana pembuluh darah pada hidung robek sehingga menimbulkan pendarahan.


Etiologi
Epistaksis dapat disebabkan oleh :
  1.  Lokal
    1. Trauma, misalnya dengan mengorek hidung yang terlalu keras, bersin yang kuat, terjatuh, terpukul
    2. Infeksi pada hidung dan sinus paranasalis, seperti rinitis dan sinusitis.
    3. Lingkungan, misalnya perubahan suhu.
  2. Gangguan sistemik
    1. Penyakit Kardiovaskular
    2.  Hipertensi
    3. Arteriosklerosis

Fisiologi Epistaksis
Epistaksis dibagi menjadi dua, yaitu :
  1. Epistaksis anterior, yaitu epistaksis yang terjadi di bagian depan hidung. Epistaksis anterior sering terjadi terutama pada anak anak dan biasanya epistaksis ini dapat berhenti sendiri tanpa diberi obat. Epistaksis ini bersumber dari pleksus Kiesselbach, yaitu kumpulan dari beberapa pembuluh darah di hidung bagian depan. Epistaksis anterior juga dapat disebabkan oleh pendarahan di concha nasalis inferior karena mukosa pada concha tersebut tipis, jadi apabila terkena gesekan atau terbentur maka akan mengalami pendarahan.
  2. Epistaksis posterior, yaitu epistaksis yang terjadi di bagian belakang hidung. Epistaksis ini berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan pada epistaksis ini sangat hebat dan jarang berhenti sendiri. Penderita epistaksis ini biasanya pada orang tua dan pasien yang terkena hipertensi, arteriosklerosis, dan gangguan sistemik lainnya.
Penatalaksanaan Epistaksis
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu menghentikan pendarahan, mencegah komplikasi, dan mencegah berulangnya epistaksis.
  1.  Epistaksis Anterior, pada epistaksis ini biasanya pendarahan dapat berhenti sendiri tanpa diberi obat. namun dapat juga dengan pemasangan tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1:10.000 (untuk menghentikan pendarahan) dan lidokain atau pantokain 2% (untuk mengurangi rasa sakit). Kapas ini dimasukkan ke dalam rongga hidung selama 3-5 menit.
  2. Epistaksis Posterior, pada epistaksis ini biasanya pendarahan susah berhenti sendiri, maka dari itu menggunakan tampon posterior. Tampon ini menimbulkan rasa nyeri maka diperlukan anestesi umum. Prinsipnya sendiri, tampon ini dapat menutup bagian koana. Mula-mula masukkan kateter karet melalui hidung ke dalam nasofaring kemudian ujungnya dipegang dengan cunam dan dikeluarkan dari mulut agar dapat diikat ke kasa. Kemudian kateter ditarik dari hidung, sehingga kasa tadi menutupi tepat pada bagian koana. Benang yang keluar dari lubang hidung kemudian di ikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan lubang hidung supaya tampon tidak bergerak.
Share:

Fisiologi Berbicara


Berbicara adalah pembentukan dan pengorganisasian dari berbagai organ yang ada di tubuh kita untuk mengubah simbol atau apa yang ada di pikiran kita menjadi sebuah suara yang digunakan untuk berinteraksi dengan manusia.

Berbicara sendiri terdiri dari kerjasama antar organ, misalnya pita suara, laring, paru, dan lainnya.
  • Organ Respirasi, organ respirasi sendiri terdiri dari trakea, bronkus dan paru paru. Aliran udara pada saat ekspirasi merupakan sumber kekuatan yang diperlukan untuk dapat mengeluarkan sebuah suara.
  • Organ Fonasi, organ fonasi terdiri dari laring dan otot otot laring.
  • Organ Resonansi, organ resonansi terdiri dari faring, rongga hidung, dan sinus paranasalis.
  • Organ Artikulasi, organ artikulasi terdiri dari palatum mole-durum, bibir, lidah, pipi dan gigi.

Berbicara sendiri dimulai dari saat udara meninggalkan paru atau saat ekspirasi. Aliran udara saat ekspirasi mengalir kembali melalui laring. Di dalam laring, terdapat otot-otot yang mengatur pergerakan plika vokalis atau pita suara.
  1. Musculus Cricothyroideus, fungsinya menegangkan pita suara
  2. Musculus Tyroarytenoideus, fungsinya merelaksasi pita suara
  3. Musculus Cricoarytenoideus lateralis, fungsinya meng-adduksi pita suara
  4. Musculus Cricoarytenoideus posterior, fungsinya meng-abduksi pita suara
Setelah udara melalui laring, udara akan menggerakkan pita suara sehingga pita suara menjadi bergetar dan menghasilkan suara tetapi intensitas suaranya masih lemah dan sulit dikenal. Dengan adanya organ-organ resonansi, suara yang dihasilkan oleh pita suara tersebut mendapatkan variasi tertentu sehingga intensitasnya menajdi lebih besar daaripada sebelumnya, tetapi suara masih tidak dapat didengar.
Suara selanjutnya menuju ke organ artikulasi yang memiliki fungsi sebagai berikut :
  1. Bibir, fungsinya membendung udara.
  2. Lidah, fungsinya membentuk udara dengan mengangkat, menarik, memendek, dan gerakan lainnya.
  3. Pipi, fungsinya membendung udara.
Suara yang dihasilkan oleh organ artikulasi kini menjadi jelas dan menjadi suara yang dapat kita dengar sekarang.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.